Kumpulan Pola Teks Khutbah Jumat Perihal Ramadhan Singkat Terbaik
Bulan ramadhan yang sejatinya bulan yang sangat istimewa bagi seluruh umat muslim di dunia, disebut istimewa lantaran memang di dalamnya terdapat beberapa keunggulan dan kelebihan yang tidak di miliki oleh bulan lainnya, terutama dari segi pengamalan tata cara beribadah yang berkaitan erat dengan bulan ramdhan itu. Sehingga lahirlah satu makan yang lebih niscaya dari keistimewaan bulan penuh pengampunan tersebut yang biasa tersiratkan pada intisari sebuah khutbah jumat ramadhan.
Meskipun banyak sekali materi yang layak untuk dijadikan tema pada khutbah-khutbah jumat di bulan ramadhan, tetapi alangkah lebih sinkron dan lebih baiknya apabila keutamaan dan keistimewaan bulan tersebut lebih di perjelas lagi pada ketika jumat di bulan tersebut menyerupai dengan tema khutbah jumat ramadhan. Dengan tujuan untuk lebih memperlihatkan kekuatan dan semangat yang tinggi bagi umat muslim khususnya bagi jama’ah jumat terhadap bulan penuh keberkahan itu.
Selain itu keistimewaan yang terdapat pada bulan puasa tersebut lebih bermakna lagi dengan keistimewaan dan keunggulan hari jumat yang sebagaimana diketahui bersama hari jumat merupakan rajanya hari. Makara ada kesinambungan antar hari dan bulan khususnya di hari jumat dan di bulan ramadhan. Dan rupanya kiasan inilah yang memang seharusnya lebih di mengerti dan di pahami oleh segenap umat muslim di dunia.
Dan intisari dari adanya klasifikasi serta klarifikasi dari khutbah-khutbah jumat perihal ramadhan ini merupakan salah satu dari wujud tanda syukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua, dengan datangnya bulan penuh pengampunan yang lebih di jelaskan lagi dengan makna dan tujuan yang terkandung pada khutbah tersebut. Sehingga bisa menjiwai semangat jiwa dalam menjalani kegiatan selama bulan ramadhan.
Secara umum dari pelaksanaan khutbah jumat yang berisikan perihal ramadhan ini memang tidak jauh berbeda dengan khutbah bertemakan di luar daripada itu, baik dari segi rukun, syarat termasuk hal-hal yang bisa mengakibatkan tidak syahnya khutbah itu sendiri. Sehingga perlu kiranya untuk lebih memahami secara detail dari pelaksanaan khutbah-khutbah yang di laksanakan selama bulan ramadhan.
Khutbah I
إنَّ اَلْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ. وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وِمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إَلَهَ إِلاَّ اللهُ إِلَهًا وَاحِدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ اْلأَبْقَى. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى القرآن العظيم: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ (أَمَّا بَعْدُ) فَياَ عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَخَابَ مَنْ طَغَى.
Sidang Jumat yang berbahagia,
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, yang memperkenankan kita semua diberikan aneka macam macam kenikmatan sehingga insya Allah kita sama-sama memasuki bulan yang penuh keberkahan, bulan yang penuh kemuliaan, bulan yang penuh ampunan, yakni bulan suci Ramdhan.
Salawat dan salam marilah kita sanjungkan ke haribaan Nabi besar Muhammad SAW, Nabi pembawa kedamaian, Nabi yang penuh dengan kesantunan, Nabi yang mengajarkan biar kita sanggup hidup saling berdampingan dengan rukun, akur, dan saling menghormati dengan seluruh umat manusia. Mudah-mudahan kita semua yang hadir di daerah yang mulia ini sanggup memalsukan dan meneladani adab mulia beliau, baik dalam bertutur kata, bersikap, dan berkeyakinan sebagai umat Islam yang bisa memperlihatkan kasih sayang antar sesama ciptaan Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.
Sebagai salah satu rukun khutbah Jumat, khatib berwasiat terhadap diri khatib dan mengajak seluruh hadirin untuk senantiasa berusaha dengan semaksimal mungkin biar kita menjadi golongan yang muttaqin, orang-orang yang selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dan orang-orang yang kontributif bagi peradaban kemanusiaan.
Sidang Jumat yang berbahagia,
Segala sesuatu, baik ruang dan waktu, itu mempunyai keistimewaan. Dari seluruh daerah yang ada di permukaan bumi ini, ada wilayah yang istimewa, yakni Makkah Al-Mukarramah. Dari wilayah Makkah Al-Mukarramah, ada belahan tertentu yang sangat istimewa, yakni Masjidil Haram. Di Masjidil Haram ini, ada belahan tertentu yang paling istimewa lagi, yakni Ka’bah Al-Musyarrafah. Ka’bah inilah yang menjadikan Makkah Al-Mukarramah menjadi penting bagi kita semua. Di samping telah melahirkan aneka macam peradaban kemanusiaan, Ka’bah menjadi kiblat ibadahnya umat Islam dari seluruh dunia. Sehingga Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa shalat di Masjidil Haram Makkah ini bernilai 100.000 kali lipat dibanding dengan shalat di daerah lainnya. Beliau bersabda:
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1.000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Demikian juga waktu, dari rangkaian 24 jam dalam sehari, ada waktu yang sangat istimewa, yakni pada sepertiga malam terakhir. Di ketika itulah waktu istimewa dan mustajab bagi kita untuk memanjatkan doa-doa dan pinta kepada Allah SWT. Demikian juga, dari 12 bulan dalam setahun, ada bulan yang sangat istimewa, yakni bulan suci Ramadhan.
Sidang Jumat yang berbahagia,
Lalu, mengapa bulan suci Ramadhan ini menjadi bulan yang paling istimewa?
Secara kebahasaan, terminologi “ramadhan” dalam bahasa Arab itu berasal dari kata dasar “ra-ma-dha“ yang berarti panas yang menyengat, panasnya batu, teriknya panas sinar matahari. Oleh karenanya, kata ramadhan itu berarti “membakar”. Hal ini sesuai dengan hakikat bulan Ramadhan, bahwa meskipun di siang hari yang begitu panas-menyengat kita tidak diperbolehkan untuk minum dan makan apa pun. Sebab, ramadhan intinya yaitu “membakar” dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Seorang muslim yang berpuasa, menahan panas dan kelaparan maka haus dan panasnya berpuasa itu merupakan simbol untuk memperabukan dosa-dosa.
Bulan Ramadhan merupakan ruang waktu yang sempurna untuk memaksimalkan diri kita menjadi orang yang benar-benar taqwa. Firman Allah menyatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْن
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kau berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian biar kau bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)
Jika dilihat ayat ini, di antara tujuan disyariatkannya berpuasa yaitu menjadikan diri kita sebagai orang yang taqwa. Apa itu taqwa? Taqwa sebenarnya yaitu suksesnya kita sebagai manusia, yang bisa menjalankan fungsi kehambaan kepada Allah dan pemimpin di alam raya. Sebagai hamba, insan diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
”Dan Aku tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS al-Dzariyat [51]: 56)
Fungsi kehambaan (abid) relasinya yaitu dirinya secara personal kepada Tuhannya. Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Tuhan (khaliq) sehingga berkewajiban untuk berterima kasiih kepada-Nya. Ia harus patuh, tunduk, tanpa reserve terhadap apa pun yang diperintahkan oleh Tuhan. Siapa yang melanggar akan ketentuan itu dinyatakan sebagai orang yang mengingkari akan hakikat dirinya.
Dalam QS. al-Dzariyat [51]: 56 di atas secara tegas dikatakan bahwa insan merupakan yang diciptakan (makhluq) sedangkan Tuhan sebagai yang membuat (khaliq). Keterciptaan insan ini membuat keharusan bagi insan untuk beribadah, menyerahkan diri secara total kepada Tuhan. Penyerahan diri kepada Tuhan ini dalam banyak hal tidak mengedepankan validitas secara rasional. Oleh lantaran itu, jikalau dinyatakan dalam bentuk garis maka fungsi kehambaan ini sanggup digambarkan dengan garis vertikal, di mana posisi Tuhan berada di atas sedangkan insan berada di bawah.
Patut digarisbawahi bahwa bentuk-bentuk kehambaan ini mempunyai muatan dan fungsi-fungsi sosial yang perlu diimplementasikan secara sosial. Sebab, yang membutuhkan penyembahan insan bukanlah Tuhan, tetapi insan itu sendiri. Tuhan bukanlah Dzat yang mempunyai kebutuhan, oleh risikonya Dia tidak bersifat kurang (naqish). Akan tetapi, justru manusialah yang membutuhkan akan makna sosial dari bentuk-bentuk kehambaan ini. Oleh lantaran itu, orang yang berhasil dalam beribadah yaitu orang yang bisa memanivestasikan muatan dari praktek ibadah itu dalam ranah sosial.
Sebagai pemimpin di alam raya (khalifah fil ardl), insan yaitu makhluk yang diberi kepercayaan oleh Allah SWT. untuk memakmurkan bumi dan alam semesta ini. Relasinya yaitu insan dengan sesama insan dan dengan alam semesta. Firman Allah menyatakan:
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS al-Baqarah [2]: 30)
Sebagaimana makna asal katanya, khalifah di sini dipahami sebagai wakil Tuhan untuk mengurus, mengelola, mengayomi, memakmurkan, dan memanfaatkan segala isi yang ada di muka bumi. Di samping itu, fungsi kekhalifahan ini juga menegaskan secara meyakinkan akan terbentuknya tatanan pranata sosial yang adil, demokratis, setara, dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Antara satu dengan yang lainnya mempunyai kekerabatan yang sama besar dan sama kuat. Di antara mereka tidaklah dianggap sebagai subordinasi. Oleh lantaran itu, secara historis-sosiologis kehidupan keduniaan harus didasarkan atas kevalidan secara rasional. Jika diwujudkan dalam bentuk gambar maka kiprah kekhalifahan ini akan membentuk garis horizontal, ujung satu dengan yang lainnya yaitu insan yang mempunyai kekerabatan kesejajaran.
Dalam Islam, kedua fungsi di atas harus sanggup disinergikan secara seimbang. Tuntutan kehambaan harus sanggup diwujudkan secara seimbang dengan tuntutan kekhalifahan. Tidak dianggap sebagai orang yang baik (insan kamil) jikalau ia hanya bisa menjalankan fungsi-fungsi kehambaannya, sementara fungsi sosial-kemanusiaan terbengkalai. Demikian juga sebaliknya, bukanlah orang yang baik jikalau ia hanya mementingkan tugas-tugas kekhalifahan sementara kiprah kehambaannya tidak diaktualisasikan. Dengan demikian, insan yang bertaqwa yaitu insan yang bisa menjalankan tugas-tugasnya dengan sukses baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah di muka bumi secara seimbang.
Sidang Jumat yang berbahagia,
Banyak sekali sindiran Allah Swt. kepada orang yang hanya memenuhi salah satu kiprah dengan mengabaikan kiprah lainnya. Di dalam Islam, ritual ibadah selalu mempunyai dua hal yang dilakukan secara integral: formalistik dan substansialistik. Tidak ada ibadah dalam Islam yang hanya dianjurkan secara aspek formalistik semata, demikian juga kebalikanya. Antara formalistik dan substansialistik harus dilakukan secara seimbang. Dalam perkara ibadah puasa, hadis Nabi menyatakan:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ حَظٌّ مِنْ صَوْمِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapat dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”
Orang yang melaksanakan ibadah puasa tidak akan mendapat tanggapan apa pun disebabkan dirinya tidak bisa membangun harmoni dalam kehidupan sosialnya. Pikiran, gerakan, lisan, dan anggota badan lainnya tidak terjaga dari sikap destruktif. Meski berpuasa, jikalau mulut dan tidakannya tidak terkontrol maka tidak akan mendapat tanggapan apa pun. Oleh karenanya, orang yang berpuasa hendaknya lisannya juga terjaga dari umpatan-umpatan, caci maki dan ujaran kebencian, di aneka macam kesempatan, terlebih dalam lembaga keagamaan. Jangan hingga ruang keagamaan yang bersifat sakral itu dikotori dengan ujaran kebencian yang justeru menghilangkan kesucian dalam beribadah. Orang yang berpuasa hendaknya bisa memperlihatkan sikap kasih sayang terhadap sesama, menghargai dan menghormati kepada orang lain.
Sidang Jumat yang berbahagia,
Alasan lainnya mengapa bulan Ramadhan menjadi istimewa yaitu lantaran bulan bulan rahmat yang di dalamnya dilakukan ibadah puasa itu merupakan media efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam teori tasawuf dijelaskan bahwa insan itu terdiri atas 2 (dua) unsur, yakni unsur nasut (kemanusiaan) dan unsur lahut (ketuhanan). Unsur lahut merupakan sifat-sifat yang baik (immaterial), menyerupai kesucian, keabadian, kedamaian, kebaikan, ikhlas, menghargai, empati, jujur, dan lain-lain. Sementara unsur nasut merupakan sifat-sifat materialistik-hedonistik yang menempel pada manusia, menyerupai sikap hidup hedonis, berorientasi pada materi, pamrih, permusuhan, adu-domba, ketegangan sosial, dan lain-lain. Ibadah puasa sebenarnya mem-fana-kan unsur nasut, dan dalam waktu bersamaan mem-baqa-kan unsur lahut. Puasa itu menimalisasi bahkan menghilangkan sikap hedonistik-materialistik, tabrak domba, caci maki, ujaran kebencian dan lan-lain dan dalam waktu bersamaan mengaktifkan oreintasi yang bersifat keabadian, kebaikan, kedamaian, kejujuran, kelemahlembutan, empati, menghargai orang lain, dan lain-lain. Jika sifat-sifat Tuhan atau unsur-unsur lahut yang terbiasa di dalam diri kita maka potensi kita untuk semakin akrab dengan Allah SWT semakin tinggi. Oleh karenanya, kita bisa memahami mengapa kemudian Rasulullah SAW memberikan hadits Qudsi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, yang menyatakan:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Setiap amal anak Adam untuknya, kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”
Inilah kandungan yang luar biasa di dalam ritualitas ibadah puasa.
Sidang Jumat yang berbahagia,
Dengan memahami hakikat dan kandungan yang luar biasa dari ibadah puasa itu, maka sudah sewajarnya Allah SWT menempatkan bulan ramadhan sebagai bulan yang sangat istimewa. Bahkan, lantaran keistimewaanya itu, Allah SWT memperlihatkan reward bagi kita yang mau mengisinya dengan kebaikan-kebaikan. Di bulan Ramadan-lah pintu-pintu ampunan dan kasih sayang Allah terbuka lebar. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Di siang hari, diwajibkan berpuasa, sementara di malam harinya disunnahkan untuk memperbanyak shalat malam. Di bulan ini, melaksanakan satu kewajiban itu berpahala menyerupai menjalankan 70 kewajiban di bulan lainnya. Atas besarnya keagungan Ramadhan ini, Nabi menyampaikan, “Seandainya semua insan mengetahui besarnya rahmat yang diturunkan di bulan Ramadan, niscaya mereka mengusulkan biar setahun penuh berisi Ramadan.”
Demikianlah, uraian singkat khutbah Jumat ini. Semoga ada manfaatnya. Mudah-mudahan kita semua diberikan kesehatan dan umur yang panjang sehingga kita sanggup menyambut kedatangan Ramadhan dan mengisinya dengan aneka macam amal kebaikan, sehingga kita benar-benar menjadi orang yang muttaqin, sukses menjalin korelasi dengan Allah SWT di samping dengan sesama umat manusia, serta bisa mendekatkan diri dengan Allah SWT dengan sebaik-baiknya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَذِكْرِ اْلحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ اْلمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إَلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاهُ نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. (أَمَّا بَعْدُ)
فَيَا أَيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحاَنَهُ وَتَعَالىَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وِثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبَّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ “إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا”.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ اْلكَفَرَةَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ, وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ, وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Contoh kumpulan teks khutbah jumat materi perihal final bulan ramadhan terbaik singkat padat terang pdf, doc serta bahasa jawa yang tidak juah berbeda dari khutbah idul adha dari segi tata cara pelaksanaan dan penyampaiannya.
Belum ada Komentar untuk "Kumpulan Pola Teks Khutbah Jumat Perihal Ramadhan Singkat Terbaik"
Posting Komentar